Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris ...

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Here's an mp3 file that was uploaded as an attachment: Juan Manuel Fangio by Yue And here's a link to an external mp3 file: Acclimate by General Fuzz Both are CC licensed. Lorem ...

Some block quote tests: Here's a one line quote. This part isn't quoted. Here's a much longer quote: Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. In dapibus. In pretium pede. Donec ...

Archive for Desember 2009

Gelar mahasiswa yang disandang mayoritas kalangan muda seakan tidak pernah dimaknai dalam perspektif intelektualitas. Mayoritas mahasiswa seakan terjebak dengan glamoritas dunia yang mereka tempati. Pandangan itu terlihat ketika banyakknya mahasiswa yang kurang mempunyai jiwa sosialis, atau berada dalam tatanan kontrol masyarakat. Terkadang dengan derasnya arus globalisasi dan mudahnya informasi yang diperoleh, malah membuat sebagian mahasiswa menjadi seakan melupakan tugasnya sebagai mahasiwa. Dalam pandangan kemahasiswaan, para pakar kemahasiswaan menjadikan 4 golongan mahasiwa yaitu : 1. Mahasiwa Akademis, 2. Mahasiswa Organisatorik, 3. Mahasiswa Akademis dan Organisatorik, 4. Mahasiswa Non Akademis dan Non Organisatorik atau bisa disebut mahasiswa Glamoritas. Di dalam pembagian tersebut tentunya memiliki suatu peran terhadap setiap golongan, dimana pada gol 1 sering berperan hanya mengetahui wilayah akademis semata, pada gol 2 lebih spesifik terjun dalam dunia organisasi atau kegiatan extra kampus, pada gol 3 jelas sekali bahwa seorang mahasiswa membagi waktunya untuk akademis dan organisasi tapi untuk gol 3 ini mungkin jarang ditemui karena memang perannya sangat sulit untuk menjalani pada dua peran tersebut, dan gol terkhir atau ke-4 inilah yang diresahkan, karena keberadaanya seakan melupakan jati dirinya sebagai mahasiwa dan hanya terjebak dalam dunia yang membawa mereka pada jurang kemaksiatan, seks bebas, narkoba, minuman keras tak pernah lepas pada diri mereka. Ironisnya mayoritas mahasiwa yang ada di Indonesia telah terjebak dalam modernisasi jaman tanpa menyaring apa yang harus diambil dalam modernisasi jaman ini. Budanya negatif yang selalu mendampingi seorang mahasiwa sangat sulit untuk dimusnahkan, bahkan hal ini sudah menjadi suatu kewajiban pada mahasiwa. Contohnya seks bebas, seks bebas ini sangat sering ditemui di kalangan mahasiw. Dengan banyakknya kebebasan yang mungkin mereka peroleh, dan jauhnya pantauan dari orang tua, seakan membuat mereka merasa bahwa kebebasan ini adalah bebas untuk berpertilaku, padahal hal demikian inilah yang sering menjadi awal dari tersesatnya mahasiwa dalam glamorisasi dan kehidupan malam tanpa ada yang dihasilkan. Terlepas dari itu, adanya faktor pengaruh dari mahasiswa itu sendiri mungkin dikarenakan mudahnya mendapatkan informasi yang sangat super cepat. Internet adalah media informasi yang super cepat, namun media internet ini sering digunakan untuk hal-hal yang mungkin merugikan bagi mahasiswa, contohnya untuk mendownload film-film porno, kemudian film ini akan mempengaruhi dan menuntun seorang mahasiswa UNTUK MEMULAI KARIRNYA DI BIDANG KEMAKSIATAN. Pengaruh dari lingkungan pun juga menjadi salah satu faktor besar terciptanya MAHASISWA ABADI. Karena lingkungan perkampungan yang mungkin menjadi budaya minum-minuman keras, seakan memberikan pelajaran yang khusus menuju jalan kemaksiatan. Ketidaksadaran ini yang semakin didukung dengan pengaruh dari budaya asing yang sangat mudah masuk di Indonesia. Contohnya saja dalam berpakaian, dewasa ini para kaula muda dan mudi seakan menjadi korban keganasan budaya barat, dimana pakaian / busana yang dikenakan seakan tidak pantas untuk dipakai di Negara Indonesia ini. Misalnya saja pakaian untuk para gadis yang sangat minimalis atau biasa disebut PAKAIAN SETENGAH JADI, artinya pakaian ini hanya menutupi 40% dari anggota badannya saja. WOOOOWWWWW,, bukankah hal ini sangat bertentangan dengan budaya di Indonesia. Dengan rok 20cm di atas lutut menjadi sesuatu yang lazim pada jaman ini, padahal kalau kita bisa menarik mundur pada zaman dahulu, hal ini sangat dikecam keras oleh masyarakat. Tapi untuk sekarang ini, sangat bebas dan seakan para gadis mengobral tubuhnya hanya untuk mendapatkan satu kata yaitu "SEXY". Dengan adanya hal yang demikian, peran mahasiwa yang seharusnya memberikan suatu perubahan yang positif dan sebagai suatu kontrol masyarakat menjadi menghilang dan hampir punah karena terbawa dalam arus kemaksiatan....

Continue